Sabtu, 10 April 2010

PERADABAN ISLAM

PERADABAN ISLAM

PERADABAN DAN KEBUDAYAAN

Kata "Peradaban" seringkali diberi arti dengan "Kebudayaan", tapi dalam bahasa Inggris terdapat perbedaan pengertian. Istilah Civilization untuk peradaban dan Culture untuk kebudayaan. Dalam bahasa Arab juga dibedakan: Tsaqafah (budaya), Hadharah (kemajuan), dan Tamaddun (peradaban). Dalam bahasa Melayu Tamaddun memiliki arti budaya dan peradaban

Pengertian Peradaban menurut AAA Fyzee
Peradaban (civilaziotn) diartikan dalam hubungannya dengan kewarganegaraan karena diambil dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti menjadi seorang warga negara yang maju dengan dua cara: 1) Proses menjadi berkeadaban; 2) masyarakat yang sudah berkembang dan maju. Berdasarkan pengertian terakhir, perandaban ditunjukkan dengan gejala-gejala lahir, misalnya: kota-kota besar, masyarakat telah memiliki keahlian dalam industri (pertanian, pertambangan, pembangunan, pengangkutan, dan sebagainya), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dalam kesenian yang indah-indah.

Kebudayaan (culture) memiliki arti mengerjakan tanah, memelihara tumbuh-tumbuhan, melatih jiwa dan raga manusia. Berkebudayaan merupakan proses melatih dan mengembangkan cipta, karsa, rasa manusia. Kebudayaan dapat dilihat seabagai pengetahuan manusia yang digunakan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi sebagai pedoman untuk bertindak sesuai dengan lingkungannya.

Kebudayaan memiliki persamaan dengan peradaban, yakni kedua-duanya meliputi: keagamaan, sosial, hukum,intelektual, etika ekonomi, bahasa dan teknologi.

Perbedaannya: a) Kebudayaan bersifat nasional, sedangkan peradaban bersifat internasional; b) Kebudayaan tersusun dari sentimen-sentimen yang tidak dapat dikembangkan secara artificial dan tidak dapat ditransmisikan dari satu bangsa ke bangsa yang lain, sedangkan peradaban adalah cakupan total yang berupa konsep-konsep dan teknik-teknik yang dikembangkan berdasar metode tertentu dan dapat di transmisikan kepada bangsa lain.


 


 

KARAKTERISTIK PERADABAN ISLAM

sejarah Peradaban Islam merupakan perkembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarah
Peradaban Islam memiliki tiga makna:
1. Kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam mulai dari, mulai dari periode Nabi Muhammad Saw. Sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang;
2. Hasil-hasil yang dicapai oleh uMat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu pengetahuan, dan kesenian;
3. kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.


 

YANG TERJADI PADA MASA DAULAH UMAWIYAH BERBEDA DENGAN DAULAH ISLAMIYAH YG DEMOKRATIS

  • Pemindahan kekuasaan kepada Mu'awiyah mengakhiri bentuk demokrasi menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun). Sikap ini dipengaruhi oleh keadaan Syria selama dia menjadi gubernur di sana, dia mencontoh Persia dan kekaisaran Byzantium;
  • Di masa Bani Umayyah dibentuk semacam Dewan Sekretaris Negara (Diwan al-Kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan. Untuk mengurusi administrasiu pemerintahan di daerah, diangkat seorang amir al-Umara (Gubernur Jenderal) yang membawahi beberapa "Amir" sebagai penguasa satu wilayah. Mu'awiyah memperkenalkan meterai resmi untuk pengiriman memorandum yang berasal dari khalifah, mendirikan balai-balai pendafataran, jawatan pos yang menghubungkan berbagai bagian negara.
  • Pada masa Abdul Malik ibn Marwan ditentukan 4 departemen pokok (diwan): Kementrian pajak tanah (diwan al-Kharraj) yang mengawasi departemen keuangan; Kementrian Khatam (diwan khatam) yang bertugas merancang dan mengesahkan ordonansi pemerintah; Kementrian surat menyurat (diwan al-Rasail), bertugas mengontrol permaslahn di daerah-daerah dan semua komunikasi dari para gubernur; kementrian urusan perpajakan(diwan al-Mustagallat).


     

PERBEDAAN DAULAH ISLAMIYAH DAN UMAWIYAH

Fase ini bukan saja menunjukkan perubahan sistem kekuasaan Islam dari masa sebelumnya (masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin), melainkan juga perubahan-perubahan lain di bidang sosial dan peradaban. Ciri menonjol yang ditampilkan dinasti ini antara lain: a) Pemindahan ibukota kekuasaan dari Madinah ke Damaskus; b) Kepemimpinan dikuasai militer Arab dari lapisan bangsawan; c) Kekuasaan Islam terbentang dari Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah, sampai keperbatasan Tiongkok. Di sini berlangsung langkah-langkah baru untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan faham golongan bersama dengan elite pemerintah. Kekuasaan arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis.
Periode Bani Umayyah dibagi menjadi tiga masa: Permulaan, masa perkembangan, dan masa keruntuhan.

Periode Bani Umayyah dibagi menjadi tiga masa: Permulaan, masa perkembangan, dan masa keruntuhan.

  • Masa permulaan ditandai dengan usaha-usaha Mu'awiyah meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan orientasi kekuasaan; pembunuhan terhadap Husain ibn Ali, perampasan kota Madinah, penyerbuan kota Makkah pada masa Yazid I, dan perselisihan diantara suku-suku Arab pada masa Mu'awiyah II.
  • Kejayaan bani Umayyah dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri Daulah Bani Umayyah kedua, karena mampu mencegah disintegrasi yang telah terjadi sejak masa Marwan. Sebagai seorang ahli tata negara dan administator ulung, abdul Malik berhasil menyempurnakan administrasi pemerintahan Bani Umayyah. Penggantinya Walid I, merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan kejayaan.Negara Islam meluas ke barat dan timur, beban hidup msyarakat mulai ringan, pembangunan kota dan pendiria gedung-gedung umum seperti: masjid dan perkantoran.
  • Kejayaan Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul aziz (Umar II). Dia terpelajar, dan taat beragama, merupakan pelopor penyebaran agama Islam. Sepeninggal Umar II kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya mengalami kehancuran, karena para penggantinya lebih mementingkan kesenangan pribadi, perselisihan antara putra mahkota, perselisihan para gubernur.


     


     


     

UMAR BIN ABDUL AZIZ

1. Pemberantasan Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang

2. Perbaikan Kehidupan Rakyat untuk Kemakmuran

3. Kebijakan Politik Persuasif dan tanpa Kekerasan

4. Menciptakan Perdamaian Daulah dalam Rangka Menghilangkan Konflik Antar Suku,Kelompok,maupun Sekte

5. Larangan Memonopoli Pemilikan Tanah Oleh Kaum Bangsawan


 

SYIAH DAN KHAWARIJ

Syi'ah

Syi'ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad dan Ahlul Bait-nya. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah
Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Shī`ī (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali.Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.

Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga terpercaya dari tradisi Sunnah.

Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi
Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Illahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.


 

Khawārij

Khawārij (bahasa Arab: خوارج baca Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang Keluar") ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-7, terpusat di daerah yang kini ada di Irak selatan, dan merupakan bentuk yang berbeda dari Sunni dan Syi'ah.

Disebut atau dinamakan Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan pemimpin kaum muslimin. (Fat, juz 12 hal. 283)

Awal keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman Amirul Mu'minin Al Kholifatur Rosyid Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka berkumpul disuatu tempat yang disebut Khouro (satu tempat di daerah Kufah). Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al Khoruriyyah. (Mu'jam Al-Buldan li Yaqut Al-Hamawi juz 2 hal. 245)

Asal muasal khawarij: Setelah Utsman bin Affan dibunuh oleh orang-orang khawarij, kaum muslimin mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, setelah beberapa hari kaum muslimin hidup tanpa seorang khalifah. Kabar kematian 'Ustman kemudian terdengar oleh Mu'awiyyah bin Abu Sufyan, yang mana beliau masih memiliki hubungan kekerabatan dengan 'Ustman bin Affan. Sesuai dengan syari'at Islam, Mu'awiyyah berhak menuntut balas atas kematian 'Ustman. Mendengar berita ini, orang-orang Khawarij pun ketakutan, kemudian menyusup ke pasukan Ali bin Abi Thalib. Mu'awiyyah berpendapat bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan 'Ustman harus dibunuh, sedangkan Ali berpendapat yang dibunuh hanya yang membunuh 'Ustman saja karena tidak semua yang terlibat pembunuhan diketahui identitasnya. Akhirnya terjadilah perang siffin karena perbedaan dua pendapat tadi. Kemudian masing-masing pihak mengirim utusan untuk berunding, dan terjadilah perdamaian antara kedua belah pihak. Melihat hal ini, orang-orang khawarijpun menunjukkan jati dirinya dengan keluar dari pasukan Ali bin abi Thalib. Mereka ( Khawarij ) merencanakan untuk membunuh Mu'awiyyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib, tapi yang berhasil mereka bunuh hanya Ali bin Abi Thalib.


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar